Air cooled heat exchanger merupakan tubular heat
exchanger yang memanfaatkan udara atmosferik sebagai media pendingin pada
bagian luar tube. Umumnya air cooler terbuat dari tube yang dilengkapi dengan
sirip atau fin (finned tube). Untuk meningkatkan efektifitas perpindahan panas,
maka air cooler beroperasi dengan prinsip forced convection. Air cooler dapat
didisain dengan metoda induced draft atau forced draft seperti pada Gambar 7.1.

Gambar
7.1. Jenis Air Cooler
Kelebihan penggunaan induced draft adalah :
- Distribusi udara pendingin yang lebih baik dan
merata,
-
Menghindari kemungkinan
terjadinya aliran balik udara panas masuk kembali ke intake fan,
-
Mengurangi pengaruh lingkungan
seperti cuaca panas atau hujan pada operasi air cooler,
-
Kapasitas pendinginan yang lebih
tinggi pada saat ada kegagalan pada fan, karena efek dari natural draft yang
lebih besar.
Kelemahan
penggunaan induced draft adalah :
- Kebutuhan daya yang lebih besar karena fan berada pada area udara
panas,
- Temperatur aliran udara panas harus dibatasi pada 95 oC untuk menghindari kemungkinan kerusakan pada fan blade,
bearing, V-belts dan komponen-komponen mekanikal yang lain,
- Akses maintenance terhadap komponen fan drive kurang baik,
- Temperatur fluida proses dibatasi pada 175 oC, karena dapat mengakibatkan tingginya temperatur udara panas
yang menyebabkan kerusakan pada komponen fan.
Kelebihan penggunaan forced
draft adalah :
- Kebutuhan data yang lebih rendah karena fan berada pada area
udara dingin,
- Akses maintenance yang lebih mudah terhadap komponen-komponen fan
drive,
- Kemudahan sirkulasi udara panas pada iklim dingin.
Kelemahan penggunaan forced draft adalah :
- Distribusi udara pendingin dapat menjadi kurang
optimum,
-
Tingginya kemungkinan terjadi
sirkulasi udara panas karena laju udara pendingin yang cukup rendah dan tidak
adanya fungsi stack,
-
Kapasitas pendinginan natural
draft yang rendah bila terjadi kegagalan fan,
-
Operasi air cooler sangat
dipengaruhi lingkungan.
Ditinjau dari aspek konstruksi maka air cooler dapat
dibedakan menjadi tipe horizontal, vertikal dan angled. Tipe horizontal
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dan paling ekonomis. Tipe vertikal
biasanya digunakan bila dibutuhkan fungsi drainase dan head yang besar seperti
pada sistem condenser.
Air cooler tipe angled hampir sama dengan tipe
vertikal, biasanya digunakan untuk condenser yang memberikan fungsi drainase.
Contoh penggunaan tipe angled adalah pada surface condenser.

Gambar
7.2. Air cooler dengan tipe angled
7.2. Konfigurasi dan Disain
Mekanikal
Suatu air cooled heat exchanger terdiri dari beberapa
bagian yaitu fan, tube yang tersusun dalam suatu bank atau bay dan driver. Fan
berfungsi menyuplai udara pendingin pada air cooler, bank atau bay tersusun
dari tube-tube sebagai sarana bagi fluida proses sedangkan driver berfungsi
sebagai penggerak fan.
Fan dapat berukuran antara 0.9 meter sampai dengan
8.5 meter. Namun demikian umumnya digunakan ukuran 4.3-4.9 meter. Fan
digerakkan oleh driver yang dapat berupa motor listrik, steam turbine ataupun
engine driver. fan dan driver biasanya dihubungkan oleh reducing gear atau
V-belt.
Operasi air cooler sangat dipengaruhi oleh temperatur
ambient dan cuaca sekitar. Oleh karena itu kestabilan temperatur outlet fluida
dapat dikendalikan dengan menggunakan sistem variable speed motor, 2-speed
driver, multiple motor, louver pada bay atau variable pitch fan.
Konstruksi bay umumnya adalah two-fan bay yaitu satu
bay yang memiliki dua fan. Konfigurasi ini memiliki keuntungan adanya faktor
safety bila salah satu fan atau driver mengalami kegagalan.

Gambar
7.3. Typical konfigurasi air cooler
Bay tersusun dari komponen side-frame (rangka), tube support,
header dan fin tube. Umumnya alumunium fin digunakan untuk memperluas area
perpindahan panas untuk mengkompensasi rendahnya heat transfer coefficient
udara.
Diameter tube umumnya berkisar antara 16-38 mm dengan
fin berukuran 12.7 –
25.4 mm. Jumlah fin berkisar antara 276-433 buah per
meter tube. Konfigurasi tube umumnya tersusun secara triangular-pitch dimana
jarak antar ujung fin sebesar 1.6-6.4 mm.
Disain header terdiri dari dua jenis yaitu plug
header dan cover plate header. Keuntungan penggunaan plug header adalah
kemungkinan untuk akses terhadap masing-masing tube. Cover plate umumnya
digunakan pada sistem high fouling dan tekanan rendah.

Gambar
7.4. Komponen Tube Bundel Air Cooler
7.3. Pertimbangan Disain Thermal
Sesuai dengan persamaan umum heat exchanger, maka laju perpindahan
panas pada air cooler dapat dituliskan dengan persamaan :
q = U ⋅ A ⋅CMTD
Nilai
q
biasanya diketahui dari beban pendinginan fluida proses, sedangkan overall heat
transfer coefficient (U)
dan CMTD
diperoleh dari perhitungan. Maka dalam proses disain air cooler, persamaan di
atas biasanya digunakan untuk menentukan luas area perpindahan panas (A).
Temperatur udara pendingin dapat diperoleh dari data cuaca harian di area unit
proses atau menggunakan dry bulb temperature.
Permasalah timbul dalam perhitungan LMTD karena kuantitas udara pendingin tidak diketahui dengan pasti
sehingga temperatur outlet udara pendingin tidak diketahui. Untuk itu sebagai
langkah awal, perlu diperkirakan temperatur outlet udara pendingin. Kemudian LMTD dapat dihitung dengan persamaan :

Koreksi terhadap nilai LMTD perlu diperhitungkan bila konfigurasi tube yang digunakan adalah
satu atau dua pass. Bila pass pada tube berjumlah empat atau lebih, maka faktor
koreksi diasumsikan 1.0. Nilai faktor koreksi ini juga dapat digunakan pada air
cooler dengan 3 pass.
Overall heat transfer coefficient dapat dihitung
dengan basis bare tube external surface (Ub) maupun extended surface (Ux).
Persamaan U dan q
untuk bare tube adalah :

Persamaan U dan q untuk extended surface
adalah :

dimana
:
ht = heat transfer coefficient
fluida tube-side
rdt = fouling factor fluida
tube-side
rmb = metal wall resistance
dengan basis bare tube
rmx = metal wall resistance
dengan basis extended surface
ha = heat transfer coefficient
udara

Gambar
7.4. Kurva Faktor Koreksi LMTD Air
Cooler
BAB VIII
CONDENSER DAN REBOILER
8.1. Condenser
Condenser merupakan heat exchanger yang berfungsi
untuk mengkondensasikan condensable vapor menjadi fase liquid. Condenser
biasanya didisain sebagai bagian dari kolom distilasi sebagai overhead
condenser. Proses kondensasi pada heat exchanger dapat dilakukan di dalam atau
di luar tube dengan posisi horizontal maupun vertikal.
Beberapa konfigurasi condenser yang umum diaplikasikan antara lain
adalah :
- Kondensasi di dalam tube – vertical downflow
- Kondensasi di dalam tube – vertical upflow
- Kondensasi di luar tube vertikal
- Kondensasi di dalam tube horizontal
- Kondensasi di luar tube vertikal
Mekanisme terjadinya kondensasi adalah pada saat
fluida pada fase vapor mendekati permukaan dingin, maka perpindahan panas
terjadi dari vapor ke permukaan dingin. Kemudian temperatur fluida akan turun
dan density fluida naik.
Proses kondensasi dapat dibedakan menjadi kondisi
dry-wall dan wet-wall. Drywall terjadi bila temperatur permukaan lebih tinggi
dari temperatur saturasi fluida sehingga panas yang berpindah adalah panas
sensible. Wet-wall adalah kondisi bila temperatur permukaan lebih rendah dari
temperatur saturasi fluida sehingga terjadi kondensasi film pada permukaan.
8.2. Reboiler
Reboiler merupakan heat exchanger yang berfungsi
untuk memproduksi vapor dan umumnya sebagai bagian dari kolom distilasi. Pada
reboiler terjadi proses partial vaporization dari suatu fluida yang mengalir
secara natural atau forced circulation.
Beberapa tipe reboiler yang umum digunakan adalah :
- Kettle Reboiler
Jenis ini biasanya diaplikasikan pada operasi yang
membutuhkan turn down ratio tinggi, area pertukaran panas yang besar dan
kualitas vapor yang tinggi.
- Thermosyphon Reboiler
Reboiler ini beroperasi dengan memanfaatkan static
head untuk sirkulasi fluida. Thermosyphon dapat diaplikasikan bila kondisi
proses relatif stabil pada kondisi disainnya.
Keuntungan penggunaan reboiler ini adalah biaya
operasi yang rendah akibat laju perpindahan panas yang baik dan kemungkinan
fouling yang rendah.
- Once-Through Reboiler
Reboiler ini dapat dioperasikan bila fluida yang
tersedia tidak mempunyai kemampuan untuk resirkulasi. Kelemahan reboiler ini
adalah residence time fluida rendah dan dibutuhkan tekanan inlet yang tetap.
Namun demikian reboiler ini memiliki stabilitas hidrolik yang baik dan
temperatur media pemanas yang relative konstan.
-
Pump-Through Reboiler
Reboiler ini diaplikasikan pada fluida dengan
viskositas tinggi atau fluida yang memiliki kandungan partikulat dan bila
dibutuhkan pemanasan pada tekanan tertentu.

Gambar
8.1. Konfigurasi Condenser

Gambar
8.2. Jenis-jenis Reboiler
Proses boiling dapat dijelaskan dengan konsep pool-boiling.
Sebagai contoh bila media pemanas dimasukkan ke dalam fluida, maka perpindahan
panas dapat terjadi dengan perbedaan temperatur (Tw – Tf) sebagai driving force. Bila beda temperature kecil
akan terjadi pemanasan pada fluida secara konduksi dan konveksi. Perubahan
temperatur fluida akan berakibat perubahan pada densitas sehingga pada akhirnya
akan terjadi pergerakan relatif fluida terhadap permukaan dinding secara
natural convection. Bila temperatur fluida sudah mencapai temperatur
saturasinya, akan terjadi penguapan liquid pada permukaan dinding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar